Thank you ….
Dalam rangkaian
menghadiri pertemuan Perempuan Parlemen Asia Pasific di New Zealand,
maka kamipun bertemu dengan warga Indonesia
yang ada disana. Pertemuan Perempuan Parlemen diadakan di Wellington, Ibukota
Setibanya kami
disana, setelah registrasi kamipun langsung disambut oleh KBRI di New Zealand untuk makan malam. Nikmat sekali dapat menikmati makanan Indonesia
dengan makanan penutup golden kiwi. Ternyata di New Zealand ada khusus kiwi yang rasanya lebih
manis daripada kiwi yang biasa diekspor ke Indonesia.
Golden kiwi ini warna kulitnya sama tapi isinya berwarna kuning dan memang
warnanya jauh lebih manis. Pada pertemuan itu kami bertemu dengan hampir
seluruh staf KBRI dan seperti biasa pertemuan ditutup dengan hiburan dimana
sayapun akhirnya diajak untuk menyanyi diiringi oleh Bapak Tri Purnajaya (second Secretary)
yang memang ternyata dulunya “anak band”. Serasa dirumah sendiri, serasa di Indonesia
itulah kesan yang kami dapat pada pertemuan malam itu.
Setelah
mengikuti pertemuan kamipun harus kembali ke Jakarta,
namun harus stay over di Auckland
satu malam. Kami tiba di Auckland pukul 13.00 dan setelah makan siang kami
langsung mengunjungi salah satu LSM di New Zealand yang bergerak dibidang
perlindungan anak BARNADOS. Disini selain mendapatkan informasi yang penting
dan bermanfaat khususnya untuk anak-anak, satu hal yang menarik adalah bahwa
ternyata ada satu program yang sedang dijalankan oleh LSM ini bernama S.K.I.P (Startegies with Kids or Information for
Parents). Program ini berisi tentang dukungan dan penguatan kepada orangtua
untuk menerapkan disiplin yang positif dengan cara yang positif. Encouraging family to have positive thinking
and to avoid rude words (yelling) in their parenting methods. Program ini
dibawah UU New Zealand tentang “children,
young person and their family Act”, dimana didalamnya berisi apa yang
diperbolehkan Negara dilakukan oleh keluarga dan mana yang tidak (rasanya
Indonesia perlu UU seperti ini).
Sesudah kami
berkunjung ke Museum New Zealand dan disana kami
menonton pertunjukan orang Maori (suku asli New Zealand), sangat menarik dan memang dikemas
dengan sangat baik.
Malamnya
diadakan pertemuan dengan masyarakat Indonesia
di the Rose Centre, disana kami
menikmati tari piring ditarikan oleh anak-anak Indonesia.
Dalam sesi talk show muncul pertanyaan mengenai perda Syariah Islam yang
diterapkan disalah satunya Tasik Malaya. Untuk pertanyaan ini dijawab oleh
Menteri Pemberdayaan Perempuan serta dengan pernyataan dari Ibu Aisah. Ternyata
warga Indonesia di Auckland cukup banyak sekitar 2000 orang dan mereka juga
peduli dengan kondisi tanah air di Indonesia termasuk menyelenggarakan Jogja Earthquake appeal dengan
mengumpulkan dana untuk disumbangkan ke korban bencana.
Itulah catatan
singkat dari perjalanan ke New Zealand dan saya juga mengucapkan terimakasih ke
Ibu Marlina, Pak Tri, Ibu Asri, Pak Yoga, Pak Toni (yang kesukaannya mencari
jalan yang macet), Pak Ali (terimakasih sudah banyak membantu kami) dan semua
staf KBRI yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Khususnya saya ucapkan kepada
Brur Yance, Pak Wahab (yang membuat rombongan selalu tertawa), Ibu-ibu di
Auckland yang sudah membuat bakso dan ayam taliwang untuk kami, serta semua
warga Indonesia yang ada di Auckland. Terima kasih
untuk bantuannya.
Kiora
Angelina Sondakh